ketika cinta lebih bisu dari artefak abad lalu
kuartikan isyarat terjal jalan yang membludru
memahami liuk kelapa atau gemulai ilalang
pada punggung bukit tempatku main bayang
telah terlempar segala bahasa ke ceruk dalam itu!
jauh langkah berlawanan, melawan arus jeram jiwa
di sini aku terhenti melembarkan hati yang luka
saat tibatiba napas terpenggal sekelebat nama
detikdetik memetik daundaun dan ranting
terpelanting tanpa meninggalkan denting
dalam semak belukar di bawah langit hening
sayup rasa patah sendiri lantas geming
antara gerak suara dan isyarat yang hilang
entah kata apa terangkai membutir waktu
hingga jatuh seluruh rindu di ruang tunggu
Cilegon-Banten
April 26 2012
No comments:
Post a Comment