Di akarmu bergantung segala ingin keserakahan
Di rimbunmu semua belatung berdasi zinahi mimpi tanpa basabasi
Kaulah kini berhala pengikat seribu pulau sejuta kemilau
Hingga busuk menjadi harum menghantar kami berkalangtanah
Tanpa putih tulang
Tanpa nisan, di negeri para tauke
Satu nusa
Satu bangsa
Satu bahasa
Satu dosa
Kembali sulursulurmu berjaya
Semakin merayaraya
Menjadi kiblat nurani bangsa
Tak lagi terkenali semua pengenal
Memekat semua salah
Merekat segala fitnah
Hingga setansetan lampau kali angke menuntut bangke
Menjelma menyosok di puja laksana dewa di riwayatmu kini
Dan memimpin lantang berteriak tanpa tanding
Tanpa mata
Tanpa telinga
Tanpa nurani
Berkulit, sewarnamu !
Mulut berucap pelo, " cang cing cong ," mendesis
Hati berdendam, " sekalang elo olang tau lasa, dalah walas dalah, wata walas wata, kita olang wenuntut walas !"
Dan rerumputan tanah merah kembali siapkan tanah
Tak peduli corak daun yang terkoyak, musnah semua tanda
Demi tonggak suci bhineka tunggal ika
Demi mereka,
Sang pendatang.
Pamulang, 01 Juni 2012
Catatan: sekalang elo olang tau lasa, dalah walas dalah, wata walas wata, kita olang wenuntut walas !" ( dialek dalam bahasa tertentu yang artinya, sekarang kalian rasa akibatnya, darah balas darah, mata balas mata, kami menuntut balas.)
Di rimbunmu semua belatung berdasi zinahi mimpi tanpa basabasi
Kaulah kini berhala pengikat seribu pulau sejuta kemilau
Hingga busuk menjadi harum menghantar kami berkalangtanah
Tanpa putih tulang
Tanpa nisan, di negeri para tauke
Satu nusa
Satu bangsa
Satu bahasa
Satu dosa
Kembali sulursulurmu berjaya
Semakin merayaraya
Menjadi kiblat nurani bangsa
Tak lagi terkenali semua pengenal
Memekat semua salah
Merekat segala fitnah
Hingga setansetan lampau kali angke menuntut bangke
Menjelma menyosok di puja laksana dewa di riwayatmu kini
Dan memimpin lantang berteriak tanpa tanding
Tanpa mata
Tanpa telinga
Tanpa nurani
Berkulit, sewarnamu !
Mulut berucap pelo, " cang cing cong ," mendesis
Hati berdendam, " sekalang elo olang tau lasa, dalah walas dalah, wata walas wata, kita olang wenuntut walas !"
Dan rerumputan tanah merah kembali siapkan tanah
Tak peduli corak daun yang terkoyak, musnah semua tanda
Demi tonggak suci bhineka tunggal ika
Demi mereka,
Sang pendatang.
Pamulang, 01 Juni 2012
Catatan: sekalang elo olang tau lasa, dalah walas dalah, wata walas wata, kita olang wenuntut walas !" ( dialek dalam bahasa tertentu yang artinya, sekarang kalian rasa akibatnya, darah balas darah, mata balas mata, kami menuntut balas.)
No comments:
Post a Comment