Tujuan kumpulan puisi online PBKS ini diwujudkan adalah untuk memartabatkan bahasa melayu kebangsaan dan bahasa nusantara di samping mengeratkan silaturrahim dan ukhuwah dalam dunia penulisan melayu nusantara di maya.Salam persaudaraan serumpun buat semua.

Pihak kami sangat menghargai karya-karya yang dikongsikan di sini. Oleh yang demikian,sebarang pengeluaran semula karya haruslah merujuk dan mendapat keizinan pihak admin terlebih dahulu.

Drama Satu Babak

Hujan. Bukan. Sekadar gerimis. Namun tetap memaksa aku singgah berteduh di sebuah cafe. Aku duduk termenung menunggu kedatangannya setelah menelefon memberitahu lokasiku. Di tengah keramaian orang yang lalu lalang di cafe ini, pada saat sore menjelang senja. Semua orang terlihat sibuk dengan kehidupan masing-masing, ritme kerjanya terlihat dipaksakan dalam langkah mereka yang cepat. Jalan bergegas membawa  briefcase dilengkapi blue tooth yang menempel di telinga.

Cafe mula dimasuki ramai orang. Yang sendirian dan berpasangan. Barangkali ada sepertiku, menumpang teduh dari gerimis di samping mengisi perut.
Di hadapanku seorang lelaki berusia melebihi 40an. Terlihat dari rambutnya yang mulai memutih di hujung-hujung. Kacak, walaupun perutnya agak sedikit membuncit. Mungkin kesibukan membuatnya lalai pergi ke gym. Walaupun begitu, kemeja lengan panjangnya yang berwarna putih bergaris nampak serasi dengan seluar panjang hitam straightnya serta sepatu italian style yang berkilap. At least dia masih dapat dikatakan lelaki metroseksual. Pakcik ini berdiri saja di tengah cafe sambil memandangi iPhone4snya. Seperti dia sedang menunggu seseorang yang sudah dijanjikan.

Ibu muda yang duduk di belakang kerusiku semakin rancak berbual dengan temannya. Kepoh, kerana kerusinya beberapa kali menyentuh kerusiku kala dia ketawa terbahak. Ibu ini seperti sedang bahagia. Celotehnya kerap membanggakan entah siapa (mungkin pasangannya) yang selalu memberinya hadiah. Ini perbualannya yang dapat kutangkap sedikit,

“Iya lah Bey… Lihat nih jam tangan yang I pakai sekarang…”  kata ibu muda tadi

“Cuba, I tengok…”, kata temannya yang juga wanita,  “Berkilau kena cahaya.”.

“Iyalah! Kalau tak berkilau, bukan berlian namanya.”  ibu muda itu tertawa, “cantik tak, kemilau berliannya? Mengelilingi segenap sudut jam ini. Sangat menawan, kan?”.

Sementara lawan bicaranya hanya memandang dengan berkerut,  “Kalau my hubby belum pernah membeli I berlian. Belum mampu dia.. Tapi dia romantis…! Semalam dia bawa I candle light dinner. Then ketika kita pulang, seluruh bilik sudah penuh dengan bunga mawar.. Hehehee… menjadikan malam itu yang tidak terlupakan…”.

“Wah? My hubby waktu memberi jam berlian ini juga membawa I makan malam di….”. blablablaaaa… dan seterusnya. Kedua ibu tadi sibuk membanggakan ke romantisan pasangan masing-masing. Entah siapa yang menang,
Di kananku seorang perempuan sexy baru masuk melewati pintu sisi cafe. Dengan tank top putihnya dan skirt paras peha berwarna biru. Dan jujur, make upnya tersangatlah tebal. Mungkin tebal bedaknya mencapai 10 centimeter?! Ditambah lipstik merah menyala dipadu blush on yang senada. Seperti badut sarkas saja (aku mengumpat dalam hati). Biar bagaimana, mata semua orang tertuju kepadanya ketika dia berjalan pelan melewati meja-meja yang ada di cafe ini. Harus kuakui, mataku pun tidak lepas-lepas memandangnya. Akhirnya dia duduk di sudut hujung. Diam, dan membaca majalah yang dibawanya. Seorang waitress membuyarkan analisisku, “Mau pesan makanan?”.

“Eh? Hmmm..”, aku menatap menu yang tergeletak di samping cangkir coffee latte ku yang tinggal separuh. Ada tuna salad seharga rm15 (Kurang menarik), calamary seharga rm23.90 sen (Terlalu berminyak), atau beef lasagna yang berharga rm35.50sen? (owh, ini yang paling menarik). Akhirnya aku memutuskan, “Fried Noodle aja.”.

Waitress itu berlalu.

Waktu berjalan, dan aku masih tetap menunggu.  Bosan. Fried noodleku hampir saja habis ketika aku memandang lelaki metroseksual itu. Dia terlihat berwajah ceria menyambut seseorang gadis yang baru masuk ke cafe. Anaknyakah? Tapi.. Gaya mereka berpelukan dan saling mengucup pipi sepertinya bukan.

Samar suaranya terdengar,

“Sudah lama bi tunggu?”  kata gadis itu.

“Lama honey.. I sudah habiskan dua cawan cappucino untuk menghabiskan waktu. you ke mana?.”.

Belum sempat gadis itu menjawab, tiba-tiba perempuan seksi bermake up tebal itu berdiri dan menghampiri mereka berdua. Aku merasa akan terjadi sesuatu di sini.

Dan aku benar.
Plaaaak!! Tamparan si perempuan seksi itu mendarat di pipi si gadis. Mata semua orang di cafe terus tertuju kepada drama satu babak ini.

“Kauuuu..!”, kata si perempuan seksi, “Menggila di sini dengan suami orang!! Ini laki aku..!!”.

Hahh??!!
Sementara si lelaki metroseksual nampak kebingungan, berusaha menjelaskan sejelas-jelasnya. “Bukan begitu. Sayang salah! Ini klien I…”.

“Klien dalam hal apa?!! Bercium pipi bagai..!!?”  perempuan seksi itu mengcekak pinggang, “Bedebah busuk kamu!! Beraninya mempermainkan aku!”.

Keadaan menjadi tegang. Beberapa waiter mencuba menenangkan si perempuan seksi bermake up tebal itu dan menyarankan mereka untuk menyelesaikan masalahnya di luar.

Dan ohhh!?
Tiba-tiba si ibu muda yang dari tadi sibuk membanggakan jam berliannya mendatangi rombongan sarkas kecil ini sambil membawa gelas berisi kopi panas. Dan? Terus menyiramkannya ke muka si lelaki metroseksual.

“Aduuuhh…”  semua orang berteriak tertahan. Sudah menjadi telenovela… apa kaitan dengan ibu muda ini?

“Abang!! Tergamak abang? Sungguh memalukan..!!! Kita sudah ada empat anak, abang… empat..!!! Dan abang berselingkuh sana sini!!? Ini isteri siapa?!!!!!”  ibu itu berteriak menunding kepada perempuan seksi bermake up tebal.

Lelaki metroseksual itu terdiam membisu. Si perempuan seksi itu bersuara tegang menjelaskan, “Ini suami I.. Kami baru saja menikah tiga bulan lalu… you pula siapa?”.

Mata ibu muda itu membelalak,  “Oh my God!!? Aku ini isterinya!! Kami sudah nikah selama 8 tahun!!! Gila kau!!”.

“Kau yang gila!!!”, teriak si perempuan seksi, “Suami I ini masih bujang sewaktu nikahi I..!!!”.

“Tau dari mana?!!!!!”.

Sementara dua orang isteri itu bertekak, si gadis hanya dapat terduduk dan menangis semaunya. Dan semakin kuat.

Suasana cafe jadi ramai, sengit dan rasanya lebih menggusarkan bagiku yang sedang bosan menunggu. Aku keluar dari cafe meredah gerimis. Enak juga bermandi gerimis.  Lebih enak dari menyaksikan drama satu babak.



Oleh : Bintang Kartika Khamis, Februari 16, 2012 : 3.05pm

No comments:

Post a Comment