Mimpi yang melemparkanku jauh ke sini. Sebuah negeri yang mataharinya menggantung di sudut jendela gedung pencakar langit. Bersama jutaan buruh migran yang mengaduk pasir demi sebongkah permata kehidupan, aku ikut berdiri diantaranya. Di mana terik panasnya seperti hendak mencabik yang menyisakan amarah dan air mata.
Aku seperti lelaki tanpa busana dengan kemaluan yang terikat di ...kepala saat melihat para perempuan sekampungku menjadi mainan zakar yang selalu bergetar. Ataukah memang para perempuan kampungku yang sundal? Aku tidak tahu. Ingin kuludahi wajahku saat itu. Sebagai lelaki, kenapa para suami mereka melepaskan para perempuannya pergi?.
Perempuan di persimpangan jalan kembalilah pulang. Suami dan anak-anakmu menanti.
Aku seperti lelaki tanpa busana dengan kemaluan yang terikat di ...kepala saat melihat para perempuan sekampungku menjadi mainan zakar yang selalu bergetar. Ataukah memang para perempuan kampungku yang sundal? Aku tidak tahu. Ingin kuludahi wajahku saat itu. Sebagai lelaki, kenapa para suami mereka melepaskan para perempuannya pergi?.
Perempuan di persimpangan jalan kembalilah pulang. Suami dan anak-anakmu menanti.
No comments:
Post a Comment