Malam tetap kekal dalam gulita, larut dalam sepi. Namun ngantuk benar-benar tidak bersahabat. Aku terkapar dalam kegelisahan yang aku juga tidak mengerti kenapa. Sepi sekali malam ini. Suara dengungan kipas angin di langit-langit kamar begitu mengganggu dan aku ingin sekali mencampakkannya, namun kamar dan malam panas sekali.
Teringat ketika waktu hujan tidak ingin turun seperti malam ini. Aku duduk di teras, mengait pintalan benang menjadi selimut untukmu menghadapi musim yang menghadirkan dingin. Warnanya biru sepertinya mataku yang kamu selalu inginkan, yang tenang meneduhkan. Nanti ketika musim dingin tiba dan kamu meringkuk di dalamnya, aku bertanya haruskah waktuku hentikan sejenak sebelum musim ini berganti? Agar aku dapat menelanjangi wajahmu pada bulan purnama dan pelangi, juga embun. Agar kamu tinggal di kamar ini dengan selimut yang aku kaitkan. Setokin yang aku sulam dan wangian espresso yang aku hidangkan agar aku selalu dapat memberikan kehangatan tubuh sambil memandangi hujan yang jatuh.
Namun malam ini harapan tidak berpihak. Tidak ada hujan, tidak ada angin, tidak ada dingin, tidak ada selimut. Yang ada hanya tangis.
Apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku lakukan?
~ Bintang Kartika
No comments:
Post a Comment